PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut para ahli yang telah saya
rangkum dari berbagai sumber, komponen-komponen komunikasi adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang
mengirimkan pesan kepada pihak lain. (Laswel)
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan
oleh satu pihak kepada pihak lain. (Laswel)
Media, adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan
yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk
mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam
tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang
digolongan atas empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang
(antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan
telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak
lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media
kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan
untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar
adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status
peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media
komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar,
rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa
diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang
menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan
pesan atas isi pesan yang disampaikannya. (Laswel)
Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan
antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan
atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan
(Hafied Cangara, 2008;22-27).
MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI
Suatu hubungan komunikasi yang terjadi di dalam suatu
organisasi sangat penting dan dibutuhkan karena dengan adanya komunikasi maka
ta sebagai manusia bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar
pikiran yang bisa menambah wawasan kita maupun seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-harinya.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar
atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci dan mendalam
mengenai pekerjaan yang dijalani.
Dalam hal ini, perlu ada yang menyalurkan solusi dan ide
melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima
berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya
saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi yang harus di pertimbangkan terlebih
dahulu, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi
suatu organisasi.
Di sisi lain, akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi
harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang agak sulit dijalankan. Berikut
ini merupakan tahapannya :
I. IDE (gagasan) : Pengirim
2. PERUMUSAN : Ide si Pengirim disampaikan dalam kata-kata.
3. PENYALURAN (transmitting) : Lisan, tertulis,
mempergunakan symbol, atau isyarat.
4. TINDAKAN : Perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
5. PENGERTIAN : Kata-kata si Pengirim yang ada dalam
perumusan tadi menjadi ide si Penerima.
6. PENERIMAAN : Penerimaan ini diterima oleh si penerima
berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya
digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah
yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang
setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut
hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang
tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
HAMBATAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan informasi
antara satu orang dengan orang yang lain. Sebagai makhluk sosial manusia pasti
melakukan komunikasi agar dapat berinteraksi satu dengan lainnya, oleh karena
itu komunikasi saat erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial.
Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses
komunikasi, dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut:
a. Hambatan
Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan
dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari
sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin
berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim
informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan
serta lebih efisien.
b. Hambatan
Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan
tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Salah
pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi.
2. Adanya
perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
3. Adanya
pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah
binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang
menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang
ingatan.
Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang
berbeda terhadap kata-kata yangdigunakannya.
c. Hambatan
Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang
dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator
maupun komunikan
Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
yaitu :
1. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak
hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita
dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita
dengar.
2. Mengabaikan
informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai
sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika
ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
4. Persepsi yang
berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si
pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa
menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang
berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan
pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti
yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu
menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal
nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada
lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi
dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh
emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima
informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
1. Membuat suatu
pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta
komunikan yang akan dituju.
2. Meminimalkan
gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusahadapat membuat
komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga
penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah
upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, Cara dan waktu
penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan
umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
KLARIFIKASI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam
organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya
Komunikasi Lisan
Adalah komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara,
contohnya seperti ngobrol, presentasi
Komunukasi Tertulis
Adalah komunikasi yang dilakukan melalui tulisan, contohnya
seperti sms dan email.
Komunikasi Verbal
Adalah komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan, contohnya
seperti mengobrol dan curhat.
Komunikasi Non Verbal
Adalah komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat),
contohnya seperti orang yang grogi gemetar tubuhnya
2. Dari segi arahnya
Komunikasi Ke atas
Adalah komunikasi dari bawahan ke atasan.
Komunikasi Ke bawah
Adalah komunikasi dari atasan ke bawahan.
Komunikasi Horizontal
Adalah komunikasi ke sesama manusia / setingkat
Komunikasi Satu Arah
Adalah komunikasi yang tidak ada timbal baliknya. Contohnya
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
Komunikasi Dua Arah
Adalah komunikasi berbicara dengan adanya timbal balik/
saling berkomunikasi
3. Menurut Lawannya
Komunikasi Satu Lawan Satu
Adalah komunikasi yang pada saat berkomunikasi, lawan
bicaranya sama banyaknya. Contoh berbicara melalui telepon.
Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
Adalah berbicara antara satu orang orang dengan suatu
kelompok. Contohnya introgasi maling dengan kelompok hansip
Kelompok Lawan Kelompok
Adalah komunikasi antara suatu kelompok dengan kelompok
lain. Contohnya debat partai politik.
4.Menurut Keresmiannya
Komunikasi Formal
Adalah komunikasi yang berlangsung resmi.Contohnya rapat
pemegang saham.
Komunikasi Informal
Adalah komunikasi yang tidak resmi. Contohnya berbicara
antara teman.
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak
pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:
Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang
yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan
yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan
dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b.
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory,
membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang
menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun
prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:
kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari
satu atasan
rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang
bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang
diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu
saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai
suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran
organisasi dengan suatu cara efisien.
tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan
kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan
keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda
rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum-
melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas
komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem
informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi,
prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi
sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu
perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian
merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan,
pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan
dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak
kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika
dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada
komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting
dalam bidang komunikasi karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis
pengorganisasian manusia dan memberikan dasar logika untuk memahami bagaimana
orang berorganisasi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi
fungsi pengurangan ketidakpastian dari informasi yang diterima dari lingkungan
atau wilayah sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan
ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua
informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan
aktivitas-aktivitas pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian
atau ketidakjelasan.
Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner
yang bersandar pada sebuah rangkaian tiga proses:
penentuan (enachment)à seleksi (selection)à penyimpanan
(retention)
Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan
informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan
dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan
kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya
dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan
alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini
akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan
yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa
mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan
informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi
menghadapi sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan
berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”
Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda
mempercayai bahwa organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses
lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan
pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok individual dalam organisasi
terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk menemukan
aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari
organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi,
hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di
dalam organisasi terdapat siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang
saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang
pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam
siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan
berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk
menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau
penyimpanan).
Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari
teori Weick, yaitu: lingkungan; ketidakjelasan; penentuan; seleksi;
penyimpanan; masalah pemilihan; siklus perilaku; dan aturan-aturan berkumpul,
yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan
bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka
miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford
Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama
yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya.
Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para
anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari
budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap
bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya
adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi
dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya
mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat
cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi
bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan
cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk
memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut
pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah
mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita
banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan
pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi
dan direproduksi.
Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan
nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam
keputusan-keputusan korporat.
FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN ORGANISASI
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor ekstern,
2. Faktor intern.
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau
sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan
yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi
melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya.
Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti
itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah
perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab
penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan
perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal,
misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan
baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang
memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah
karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat
ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak
memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan
bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada
gilirannya tidak akan sanggup survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi
yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah
satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang
menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan
problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat
(hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul
adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan
pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil
atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang
dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang
kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi
atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin
baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan.
Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran
komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame
anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan
masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga
kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul
dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak
efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi
impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya
produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan
menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi
output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan
berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh
hasil secara efisien.
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/makalah/PEMBAHASAN%20PEMBAHARUAN%20ORGANISASI.htm
PROSES PERUBAHAN ORGANISASI
Proses Perubahan Organisasi
Proses terjadinya suatu perubahan di dalam organisasi
meliputi enam tahap, hal ini diungkapkan oleh L.C. Megginson, Donald C.M. dan
Paul H.P.,Jr. seperti dikutip oleh T.Hani Handoko. Adapun tahap-tahap tersebuat
adalah sebagai berikut:
1) Tekanan dan
Desakan.
Pada tahap ini manajemen tingkat atas mulai merasakan adanya
masalah, tekanan, desakan dan kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai
dengan adanya penurunan produktivitas, volume penjualan dan laba, perputaran
tenaga kerja tinggi dan kalahnya persaingan produk dipasaran, dan sebagainya.
2) Intervensi dan
Reorientasi.
Setelah merasakan adanya tekanan dan desakan, para manajer
mulai mencoba berusaha menyelesaikannya dengan mencari dan menentukan serta
merumuskan permasalahan, untuk itu mereka biasanya menyewa seseorang atau
beberapa konsultan atau bisa juga pihak internal (karyawan perusahaan) sebagai
pengantar perubahan.
3) Diagnosa dan
Pengenalan Masalah.
Pada tahap ini pengantar perubahan mulai mengumpulkan
berbagai informasi (data), kemudian menganalisanya. Masalah yang paling penting
dikenali dan diperhatikan untuk dipecahkan.
4) Penemuan dan
Komitmen penyelesaian
Pada tahap ke empat ini, pengantar perubahan dan merangsang
pemikiran, kretivitas serta mulai meninggalkan “metode-metode kerja lama”,
menggantinya dengan mtode-metode baru yang lebih afektif. Begitu juga untuk
penyesuaian dibuatlah rencana program-program latihan, keterampilan,
peningkatan wawasan, dll.
5) Percobaan dan
Pencarian Hasil.
Setelah alternatif terbaik untuk penyelesaian ditemukan dan
dikembangkan, selanjutnya diadakan percobaan penerapannya untuk diketahui
hasilnya.
6) Penguatan dan
Penerimaan.
Pada tahap ini, setelah penerapan program-program kegiatan
dalam rangka penyesuaian dengan perubahan ataupun pengembangannya telah
berhasil dan sesuai dengan keinginan, maka kegiatan untuk perubahan tersebut
diusahakan harus diterima oleh para karyawan dan menjadi penguat yang dapat
mengikat semua karyawan pada perubahan.
METODE PENGEMBANGAN ORGANISASI
Metode Pengembangan Perilaku :
Jaringan Manajerial (Managerial Grid)
Jaringan manajerial atau kisi manajerial (managerial grid),
disebut juga latiahan jaringan (grid training), adalah suatu metode
pengembangan organisasi yang di dasarkan jaringan manajerial. Teori ini di
pelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Dalam metode ini dikenal dua
dimensi dua prilaku pimpinan, yaitu prilaku pimpinan yang memusatkan perhatian
pada produksi, dan prilaku pimpinan yang memusatkan prilakunya pada orang. Dari
segi intensitasnya, seorang pimpinan mungkin dapat menerapkan sekaligus dua prilaku
tersebut dalam intensitas yang sama atau berbeda.
Kelima gaya kepemimpinan itu dapat di jelaskan dengan
mempergunaka gambar jaringan menajerial di bawah ini. Sumbu X menunjukan
prilaku pimpinan yang memusatka pada orang dan sumbu Y adalah pemimpin yang
memusatkan perhatianya terhadap
produksi.
Menurut gambar tersebut, lima gaya kepemimpinan dalam
manajerial grid, adalah sebagai berikut:
1) Grid 1.1
menunjukan prilaku pimpinan dengan perhatian yang rendah baik tehadap produksi maupun terhadap orang.
Pada Grid ini pimpinan hanya bertindak sebagai perantara, menyalurkan informasi
dari atas kepada bawahan.
2) Grid 9;1
menunjukan prilaku pimpinan dengan perhatian yang tinggi terhadap produksi dan
rendah terhadap orang. Pimpinan hanya mementingkan tingkat produksi dan kurang
memperhatiakan orang-orang yang membantunya. Pada Grid ini pimpinan bersifat
Otoriter.
3) Grid 1.9
menujukan prilaku pimpinan yang rendah perhatianya terhadap hasil produksi ,
namu tinggi terhadap orang-orang yang berkerja. Pada Grid ini pimpinan
menciptakan tempat kerja yang penuh persahabatan.
4) Grid 9.9
menunjukan adanya prilaku pimpinan dengan perhatian tinggi terhadam orang dan
pada hasil produksi. Inilah gaya kepemimpinan yang paling efektif.
5) Grid 5.5 menujukan adanya prilaku pimpinan
dengan perhatian yang medium baik terhada orang maupun produksi. Dalam hasil
produksi pimpinan tidak mau membua target yang mungkin sulit di capai.
2. Latihan Kepekaan
Latihan kepekaan (sensitifity training) merupakan latihan
dengan kelompok. Oleh karena itu metode ini di namakan pula metode T-groupe (T=
Training). Dalam metode ini yang di maksud dengan kepekaan adalah kepekaan
terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain.
Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi di
sebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus
mencapai tujuan. Metode ini beranggapan bahwa apabila persoalan emosional itu
dapat di atas maka dengan sendirinya kesulitan untuk beradaptasi dapat di
hilangkan.
Oleh karena itu tujuan dari pada latiahan kepekaan adalah
mempertajam daya peka, perasaan(emosi), dan kecepatan reaksi dalam menghadapi
beberapa persoalan. Dalam latihan ini anggota kelompok di beri movasiuntuk
belajar mengenai diri sendiri dalam menghadapi orang lain, kebutuhan dan sikap
mereka sendiri. Sikap ini dapat terungkap melalui dua jalur, yaitu melalui
mereka sendiri terhadap orang lain, dan melalui prilaku orang lain terhadap
diri mereka sendiri.
3. Pembentukan Tim
Pembentukan Tim (Team Feedback) adalah suatu metode yang
berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi
data-data yang berhubungan dengan tingkah laku,sikap,serta berbagai perasaan
lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi. Data-data yang telah
dikumpulkan kemudian di susun dan di kembangan kepada para anggota organisasi
yang telah di survai untuk didiskusikan. Dari hasil diskusi akan di perpleh
umpan balik(feedback) dari para anggota organisasi yang telah di survey, apakah
perlu di adakan perubahan atau tidak.
4. Umpan Balik Survei
Metode Pengembangan Ketrampilan dan Sikap :
On The Job Training
Latihan ditempat kerja (on the job training ) ialah latian
kerja ditempat kerja yang sebenarnya. Latian ini melatih anggota organisasi
untuk menjalankan pekerjaan – pekerjaan dengan lebih efisien. Didalam latian
ini instruksi- instruksi diberikan langsung kepada anggota organisasi ditempat
kerjannya, baik yang bersifat kerja sama maupun yang bersifat perseorangan. Dengan latian ini
diharapkan para anggota organisasi lebih mampu menjalankan dan lebih menguasai
pekerjaannya.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dalam latihan ditempat kerja ini, antara lain :
1) Sangat ekonomis
Karen para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan manjalankan
latiahan .
2) Presentasi
anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang. Hal ini sangat berbeda
apabila dibanding dengan latihan yang
diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang diluar tempat kerja kan melibatkan sebagian
presentasi hilang apabila peserta latian kembali ke tempat kerjanya
masing-masing
2. Job Instruction Training
Adalah dengan memberikan petunjuk-petunjuk pekerjaan secara
langsung pada pekerjaan dan terutama digunakan untuk melatih para karyawan
tentang cara-cara pelaksanaan pekerjaan sekarang. Pada metode ini didaftarkan
semua langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pekerjaan sesuai dengan
urutannya.
3. Of The Job
Training
Metode off the job adalah pelatihan yang menggunakan situasi
di luar pekerjaan. Dipergunakan apabila banyak pekerja yang harus dilatih
dengan cepat seperti halnya dalam penguasaan pekerjaan, di samping itu juga
apabila pelatihan dalam pekerjaan tidak dapat dlakukan karena sangat mahal.
1. Lecture
Merupakan metode pelatihan dengan memberikan kuliah atau
ceramah dalam rangka penyampaian informasi-informasi yang dibutuhkan petatar
Metode ini mengeluarkan biaya yang tidak tinggi, namun kelemahannya adalah
peserta kurang partisipasi dan kurang respon.
2. Video Presentation
Adalah prestasi yang dilakukan melalui media televisi, film,
slides dan sejenisnya serupa dengan bentuk lecture.
3. Role Playing
Merupakan suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta
untuk memainkan berbagai peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi para
peserta lain yang berbeda perannya. Teknik ini dapat mengubah sikap peserta,
seperti misalnya: menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan
juga dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
4. Case Study
Merupakan metode pelatihan dimana para peserta pelatihan
dihadapakan pada bberapa kasus tertulis dan diharuskan memecahkan
masalah-masalah tersebut.
5. Simulation
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang
ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya
merupakan tiruan saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam
kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh
semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
6. Self Study
Merupakan teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan
kaset-kaset atau video tape rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya
sendiri. Teknik ini tepat digunakan apabila jumlah karyawan yang mengikuti
pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan tersebar di berbagai lokasi
yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para karyawan sekaligus untuk
bersama-sama mengikuti program pelatihan tertentu.
7. Programmed Learning
Dalam metode ini, diberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan
dan para peserta pelatihan harus memberikan jawaban yang benar. Metode ini
dapat juga melalui komputer yang sudah mempunyai program tersendiri agar para
peserta dapat mempelajari dan memperinci selangkah demi selangkah dengan umpan
balik langsung pada penyelesaian- setiap langkah. Masing-masing peserta
pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya
8. Laboratory Training
Teknik ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok
yang terutama digunakan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar
pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana peserta menjadi lebih sensitif
terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Laboratory Training ini berguna
untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan di waktu
yang akan datang.
4. Vestibule Training
Merupakan pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan
khusus yang terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan jenis pelaralatan
yang sama seprti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. Latihan ini
berguna sebagai pendahuluan dari latihan kerja.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pengertian Kepemimpinan menurut ahli
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal
dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang
mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya.
Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari
penyiapan sesuatu secara berencana dan
dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari
ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak
pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan
yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan
atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Macam – macam Tipe Kepemimpinan:
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa
dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya
sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki
inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3)
mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda
dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam
kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu
melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik
adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan
mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual
dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2)
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai
situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5)
bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak
buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8)
selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat
konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali
sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya
biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang
mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.
Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan
demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan
kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan
keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan
tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan
tidak terletak dalam darir individu melainkan merupakan fungsi dari suatu
peristiwa.
3. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari
rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok
dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu
dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota
kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses
yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan
harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang
terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk
menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya.
Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi
sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
Sumber :
http://ulantralala.blogspot.com/2010/05/tugas-kelompok-makalah-perubahan-dan.html
http://rajapresentasi.com/2009/04/jenis-jenis-training/
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2009/10/13/hambatan-hambatan-dalam-komunikasi/
http://evi-hidayati.blogspot.com/2012/11/hambatan-hambatan-dalam-komunikasi.html
http://priohimawan.blogspot.com/2013/05/menyalurkan-ide-melalui-komunikasi.html
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/makalah/PEMBAHASAN%20PEMBAHARUAN%20ORGANISASI.html