A. Ragam Bahasa
Kemunculan
ragam bahasa disebabkan oleh berbagai faktor seperti, faktor pemakaian bahasa,
usia, pendidikan, agama, profesi dan latar belakang. Faktor pendidikan dalam ragam
bahasa dapat menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan
formal dan yang tidak. Bahasa kaum yang berpendidikan formal-yang lazimnya
ditautkan dengan bahasa persekolahan-pada umumnya memperlihatkan pemakaian
bahasa yang apik, atau biasa disebut sebagai bahasa baku. Ragam bahasa baku, biasa digunakan dalam situasi- situasi resmi, sedangkan
dalam situasi yang tidak resmi, orang- orang cenderung menggunakan ragam bahasa
tidak baku. Selain ragam bahasa baku dan tidak baku, terdapat ragam bahasa
langgam atau gaya. Langgam atau gaya merupakan ragam bahasa menurut sikap
penutur. Dalam
hal ragam bahasa menurut sikap penutur, pemilihan bentuk- bentuk bahasa
tertentu dapat menggambarkan sikap penutur seperti, kaku, resmi, adab, dingin,
hambar, hangat, akrab, atau santai. Selanjutnya, ragam bahasa menurut sarananya
terbagi menjadi ragam bahasa lisan dan tulisan. Penggunaan sarana tulisan,
menuntut penutur atau penulis agar menggunakan bahasa yang lebih terang dan
jelas. Karena bahasa dalam tulisan tidak disertai dengan gerak isyarat, dan
pandangan. Adapun analisis terhadap ragam bahasa baku, tidak baku, sikap
penutur atau penulis dan ragam bahasa tulisan dalam artikel blog, majalah, dan
koran online adalah sebagai berikut:
1. Artikel Blog
Setelah menganalisis artikel dalam blog
yang berjudul Mengenal Teknologi
Augmented Reality, ditulis oleh Mas Hermanu pada tanggal 13 Juni tahun
2010. Artikel tersebut menggunakan ragam bahasa tidak baku, karena terdapat
banyak kalimat yang menggunakan kata tidak baku, seperti :
Ragam bahasa
tidak baku
|
Ragam bahasa
baku
|
“Pembaca
Kompas cetak yang menemukan berita atau iklan yang dilengkapi fitur AR (dapat
dikenali dari adanya ikon Kompas AR) tinggal
mengarahkan konten tersebut menghadap webcam
yang terpasang pada PC atau laptopnya.” (paragraf 1)
“Inovasi
teknologi yang cukup menarik, bukan? Kompas adalah media pertama dan satu-
satunya di Asia- setidaknya hingga posting ini dipublish- yang menerapkan AR.” (Paragraf 2)
“Mashable
melalui artikelnya yang dipublish pada
5 Desember 2009 memuat list 10 iPhone apps berbasis AR, dari yang fungsional buat keperluan bisnis atau pendidikan
hingga yang sekadar buat fun.”
(Paragraf 10)
“App lain bernama WorkSnug bikinan
Plantronic ditujukan buat pekerja
digital yang tidak punya kantor tetap…” (paragraf 11)
|
Pembaca Kompas
cetak yang menemukan berita atau iklan, yang dilengkapi fitur AR (dapat
dikenali dari adanya ikon Kompas AR) hanya
mengarahkan konten tersebut menghadap webcam
yang terpasang pada PC atau laptopnya.
Bukankah hal
tersebut merupakan inovasi teknologi yang menarik? Kompas adalah media
pertama dan satu- satunya di Asia- hingga tulisan ini dipublikasikan- yang menerapkan AR.
Mashable
melalui artikelnya yang dipublikasikan
pada 5 Desember 2009, memuat daftar 10 iPhone
apps berbasis AR, dari yang fungsional untuk keperluan bisnis atau pendidikan, hingga untuk kesenangan.
App lain bernama WorkSnug buatan Plantronic yang ditujukan untuk pekerja digital yang tidak mempunyai kantor tetap...
|
Berdasarkan bukti teks tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penulis menggunakan ragam bahasa tidak baku. Selain itu,
dapat diketahui pula bahwa penulis artikel tersebut menggunakan sikap yang
santai dalam menulis. Akibat menggunakan sikap yang santai dalam menulis,
penulis artikel tidak memperhatikan kaidah bahasa tulisan seperti pemakaian
tanda baca dan huruf miring. Hal tersebut bahasa dalam artikel menjadi ragam
bahasa lisan.
2. Majalah
Online
Artikel dalam majalah Tempo online yang ditulis oleh Erwin Z.
berjudul LG Bikin Penyedot Debu Pintar,
Teknologi Augmented Reality. Dapat diketahui dalam artikel ini penulis
menggunakan ragam bahasa tidak baku, santai dan akrab, sebagai berikut:
Ragam bahasa
tidak baku
|
Ragam bahasa
baku
|
“Perusahaan
teknologi asal Korea Selatan, LG, bakal
membawa perangkat penyedot debu (vacuum
cleaner) pertama yang dilengkapi dengan teknologi …” (paragraf 1)
|
Perusahaan
teknologi asal Korea Selatan, LG, akan
membawa perangkat penyedot debu (vacuum
cleaner) pertama yang dilengkapi dengan teknologi..
|
Berdasarkan bukti tersebut dapat
diketahui bahwa penulis menggunakan bahasa yang tidak baku, selain itu penulis
juga menggunakan campuran antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia, sehingga
kalimatnya menjadi kurang efektif dan tidak baku. Tetapi, penulis sudah
memperhatikan beberapa kaidah penulisan dalam bahasa, seperti penggunaan huruf
kapital, penggunaan tanda baca dan penggunaan huruf miring.
3. Koran
Online
Artikel yang terdapat dalam Koran online yang berjudul Wajah Teknologi pada 2016 yang ditulis
oleh Setyanavidita Livikacansera, pun masih ditemukan beberapa hal yang membuat
kalimat dalam artikel tersebut menjadi tidak baku. Namun berbeda dengan artikel
pada blog dan majalan online, pada
artikel ini sangat sedikit ditemukan kata yang tidak baku sperti kata bisa.
Berdasarkan analisis penggunaan kosa kata, dapat diketahui bahwa artikel
tersebut menggunakan ragam bahasa resmi. Selanjutnya penggunaan ragam bahasa
tulisannya pun hampir baik, jika saja lebih memperhatikan penggunaan huruf
miring pada bahasa asing atau bukan bahasa Indonesia.
A. Diksi
Terdapat
beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau penutur, agar kata- kata
yang digunakan tidak mengganggu suasana, dan tidak menimbulkan ketegangan
antara penulis atau penutur dengan pembaca atau pendengar. Adapun syarat-
syarat kesesuaian pemilihan kata adalah, sebagai berikut:
1. Hindarilah
sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi yang formal.
2. Gunakanlah
kata- kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Sedangkan, dalam situasi yang
umum, hendaknya penulis atau penutur menggunakan kata- kata populer.
3. Hindarilah
jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis
atau penutur sejauh mungkin menghindari pemakaian kata- kata slang.
5. Dalam
penulisan jangan menggunakan kata percakapan.
6. Hindarilah
ungkapan- ungkapan using (idiom yang mati)
7. Jauhkan
kata- kata atau bahasa yang artifisial.
Berdasarkan
syarat- syarat tersebut, artikel pada blog, majalah dan Koran online yang telah dianalisis masih
terdapat beberapa hal yang tidak memenuhi syarat- syarat tersebut. Seperti
terlalu banyak penggunaan kata- kata populer, slang, dan penggunaan kata percakapan. Sehingga kalimatnya menjadi
tidak baku.
B. Jenis Kata
Artikel
|
Nomina
|
Verba
|
Adjektiva
|
Kata tugas
|
Blog
|
Berita, Iklan,
Teknologi, Kompas, Pengalaman, Pembaca, dsb.
|
Membaca,
Menjelajahi, Menyuguhkan, Menampilkan, Belajar.
|
Menarik,
Keren, Masif (Kuat).
|
Dengan, Yang,
Atau, Dari, di.
|
Majalah Online
|
Perusahaan,
Teknologi, Kecerdasan, Pengguna, Lantai,
|
Bergerak,
Mengambil, Membuka, Menyusuri.
|
Cerdas
|
Yang, Dengan,
Dari, Ke.
|
Koran Online
|
Permainan,
Iklan, Video, Meja, dsb.
|
Mengeluarkan,
Memegang, Menggesek.
|
-
|
Dengan, Yang.
|
C. Koherensi Masing- Masing Paragraf
Terdapat
berbagai jenis koherensi, namun penulis dalam menganalisa artikel yang terdapat
pada blog, majalah, dan Koran online
hanya memfokuskan pada hubungan amplikatif dan hubungan kausalitas, karena
kedua hubungan tersebut sudah mampu menjelaskan koherensi antar paragraph
dengan jelas. Hubungan amplikatif adalah hubungan yang salah satu bagian
kalimatnya memperkuat atau memperjelas bagian kalimat lainnya. Sedangkan
hubungan kausalitas adalah hubungan sebab-akibat. Adapun hasil analisanya adalah, sebagai berikut:
1. Artikel
Blog
Paragraf (P) satu dan dua menunjukkan
hubungan amplikatif. (P) dua dan tiga menunjukkan hubungan amplikatif. (P) tiga
dan empat menunjukkan hubungan amplikatif. (P) dua dan empat menunjukkan
hubungan kausalitas. (P) 4 dan 5 menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 3 dan 6
menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 2 dan 8 menunjukkan hubungan kausalitas.
(P) 8 dan 9 menunjukkan hubungan kausalitas. (P) 9 dan 10 menunjukkan hubungan
amplikatif. (P) 11 dan 12 menunjukkan hubungan amplikatif.
2. Artikel
Majalah Online
(P) 1 dan 2 menunjukkan hubungan
amplikatif. (P) 2 dan 3 menunjukkan hubungan kausalitas. (P) 3 dan 4
menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 4 dan 5 menunjukkan hubungan kausalitas.
(P) 4 dan 5 menunjukkan hubungan kausalitas. (P)5 dan 6 menunjukkan hubungan
amplikatif. (P) 6 dan 7 menunjukkan hubungan kausalitas.
3. Artikel
Koran Online
(P) 1 dan 2 menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 2
dan 3 menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 4 dan 5 menunjukkan hubungan
amplikatif. (P) 4 dan 7 menunjukkan hubungan amplikatif. (P) 7 dan 8
menunjukkan hubungan kausalitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Hermanu, Mas. Mengenal Teknologi Augmented Reality.
http://Teknosiana.blogspot.co.id. diposkan pada tanggal 13 juni tahun 2010.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 12.37 Wib.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2010
Kridalaksana, Harimurti. Dalam
makalah Rahel Hilalahi yang berjudul Analisis
Kohesi dan Koherensi Koran Kompas. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul
12.47 Wib.
Livikacansera, Setyanavidita. Wajah Teknologi pada 2016. http://www.republika.co.id. Diposkan pada
tanggal 05 Januari 2016. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 13.12 Wib.
Moeliono, Anton M. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka,2003
Z, Erwin. LG Bikin Penyedot Debu Pintar, Teknologi Augmented Reality. http://tekno.tempo.com. Diposkan pada tanggal
22 Desember 2015. Diakses pada tanggal 21 maret 2016 pukul 12.52 Wib.