Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk meyakinkan orang lain supaya dapat bekerjasama dibawah
pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu. Cara alamiah
mempelajari kepemimpinan adalah ‘melakukannya dalam kerja’ dengan praktik
seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang akhil diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan
pengajaran/intruksi.
Dalam teori
kepemimpinan, ada beberapa macam teori di antaranya:
1. Great Man Theory
Teori ini mengatakan
bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born,
not made). Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang sukses dan
disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar. Kartini Kartono dalam bukunya
membagi definisi teori ini dalam dua poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak
dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar
biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan lahir menjadi seorang
pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga. James (1980), menyatakan
bahwa setiap jaman memiliki pemimpin besar. Perubahan sosial terjadi karena
para pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta menghalangi orang lain
yang berusaha membawa masyarakat ke arah yang berlawanan. Konsep kepemimpinan
pada teori ini yang disebut orang besar adalah atribut tertentu yang melekat
pada diri pemimpin atau sifat personal, yang membedakan antara pemimpin dan
pengikutnya.
2. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; –
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah
kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
3. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri
ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul
dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi
kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian
pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis
pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum
pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan
kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan
dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
4. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi
Tipologi Kepepmimpinan
Tipologi kepemimpinan disusun
dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe
pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan
jenis-jenisnya antara lain:
a. Tipe Otokratis
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri seperti
menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya, dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih
dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda
dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut yaitu
dalam sistem perintah dalam menggerakkan bawahan lebih sering dipergunakan,
senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya dalam menggerakkan bawahan,
senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, serta menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong
sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut yaitu menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (over-protective), jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering
bersikap maha tahu.
d. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli
belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki
karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik
yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya
sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan
tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering
hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural
powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai
kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain
bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang
memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan
dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya,
selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai
tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain,
selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi
orang atau kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh
beberapa factor. Factor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan
kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita
laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk
mendapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek
kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai
pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari
kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang
kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita
menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
Implikasi Manajerial Kepemimpinan
Implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi
adalah apabila seseorang menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi baiknya dapat menjadi panutan bagi yang dipimpinnya karena hakikatnya organisasi akan berjalan dengan baik apa bila pemimpin dan yang dipimpinnya dapat bekerja sama secara hamonis satu sama lain.
Referensi :